Menang Pemilu AS, Donald Trump Akhirnya Menjadi Presiden Amerika Serikat ke 45

Menang Pemilu AS, Donald Trump Akhirnya Menjadi Presiden Amerika ke 45 - Pemilu AS telah dilaksanakan dan hasilnya kemenangan untuk Donald Trump. Miliarder AS itu telah meraih kemenangan di Pennsylvania, salah satu negara bagian krusial yang harus dimenangkan Trump jika ingin menjadi pemenang pilpres.


Menurut Washington Post, Rabu (9/11/2016) sejauh ini Trump telah meraih 264 electoral vote, sedangkan Hillary Clinton meraih 215 electoral vote. Dengan perolehan ini, berarti Trump hanya membutuhkan enam electoral vote dari 270 electoral vote yang harus diraih Trump untuk memenangkan pilpres.

Pennsylvania merupakan satu di antara empat negara bagian krusial -- Ohio, North Carolina, Florida dan Pennsylvania -- yang harus dimenangkan Trump dalam pilpres ini. North Carolina, Florida dan Ohio juga telah dimenangkan Trump.

Dalam sistem pemilu AS dikenal istilah electoral college yang merupakan kumpulan individu (disebut elector) yang nantinya akan memiliki kewenangan untuk memilih presiden. Jadi ketika di hari pemungutan suara seorang warga AS memilih capres A, secara teknis sebenarnya dia sedang memilih elector yang akan dia pasrahi untuk memilih A di sidang electoral college.

Pemberian suara oleh warga disebut popular vote, sementara pemberian suara oleh elector disebut electoral vote. Setiap negara bagian memiliki jumlah electoral vote tertentu, berdasarkan jumlah populasi, dan siapapun yang memenangkan popular vote di sebuah negara bagian berarti juga memenangkan electoral vote.

Pemerintah Jerman langsung mengomentari hasil tersebut. Berbicara di televisi Jerman, Menteri Pertahanan Jerman Ursula von der Leyen menyebut kemenangan Trump yang hampir pasti itu merupakan "kejutan besar".

"Saya pikir Trump tahu bahwa ini bukan suara untuk dirinya, tapi lebih untuk melawan Washington, melawan pemerintahan," tutur pejabat tinggi Jerman itu pada media ARD, seperti dilansir kantor berita Reuters, Rabu (9/11/2016).

Respons serupa disampaikan seorang anggota senior partai konservatif pimpinan Kanselir Jerman, Angela Merkel. Dikatakan Norbert Roettgen, pejabat yang menjadi kepala komisi urusan luar negeri di parlemen Jerman tersebut, pemerintah Jerman tidak tahu apa yang akan dilakukan Trump jika dia memenangkan pilpres AS.

"Kami saat ini menyadari bahwa kami tidak tahu apa yang akan dilakukan presiden Amerika ini, jika suara kemarahan itu memimpin dan suara kemarahan itu menjadi orang paling kuat di dunia," cetus Roettgen yang merupakan anggota senior partai Christian Democratic Union (CDU) yang dipimpin Merkel.

"Secara geopolitik, kita dalam situasi yang sangat tidak menentu," imbuhnya dalam wawancara dengan radio Jerman, Deutschlandfunk.